NU Batang, Batang.
Sejumlah mahasiswa, buruh, dan anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menggelar aksi peduli terhadap kondisi Jalan Pantura Batang yang mengalami kerusakan. Aksi ini dilakukan dengan menandai jalan berlubang menggunakan cat di beberapa titik pada Minggu, 9 Februari 2025 di Kecamatan Banyuputih dan Subah.
Langkah tersebut diambil sebagai bentuk protes terhadap lambatnya respons pemerintah dalam menangani infrastruktur jalan yang rusak dan demi meningkatkan keselamatan pengguna jalan.
Aksi ini berawal dari banyaknya laporan warga dan pengendara yang mengeluhkan kondisi jalan berlubang yang kerap menjadi penyebab kecelakaan, terutama bagi pengendara sepeda motor. Berdasarkan pemantauan di lapangan, sejumlah lubang berdiameter 20 hingga 50 cm tersebar di beberapa titik rawan, khususnya di ruas Jalan Pantura yang menghubungkan Subah dan Banyuputih.
Aksi yang dilakukan oleh aliansi mahasiswa, buruh, dan PMII ini berlangsung sejak siang hingga sore hari dengan pengawalan langsung dari Polsek Subah. Para peserta aksi menggunakan cat semprot berwarna mencolok untuk memberi tanda pada lubang-lubang yang berpotensi membahayakan pengendara. Selain itu, mereka juga memasang tanda peringatan sederhana agar pengendara lebih waspada saat melintas.
Salah satu koordinator aksi, Ata Alfanul Khasan menegaskan bahwa aksi ini merupakan bentuk kepedulian sosial sekaligus peringatan kepada pemerintah daerah agar segera mengambil langkah konkret dalam perbaikan jalan.
“Kami turun langsung ke lapangan untuk memberikan tanda pada jalan berlubang sebagai langkah preventif agar pengendara lebih berhati-hati. Banyak kecelakaan yang terjadi akibat jalan yang rusak, dan kami tidak ingin korban terus berjatuhan,” ujar Alfan.
Menurutnya, aksi ini juga merupakan bagian dari gerakan advokasi yang lebih besar, di mana mereka akan terus mengawal isu perbaikan jalan agar tidak hanya menjadi janji tanpa realisasi dari pemerintah.
Aksi peduli jalan ini mendapat apresiasi dari masyarakat setempat serta para pengendara yang melintas. Seorang pengemudi truk, Sutrisno (45), mengaku sangat terbantu dengan adanya tanda pada jalan berlubang.
“Kadang kalau hujan atau malam hari, lubangnya tidak terlihat jelas, dan ini sangat berbahaya bagi kami yang sering melintas. Dengan adanya tanda ini, kami bisa lebih waspada,” katanya.
Sementara itu, warga Subah, Sri Hartini (48), berharap pemerintah segera mengambil langkah nyata.
“Kami sudah sering melihat orang jatuh di jalan ini, terutama pengendara motor yang tidak menyadari ada lubang. Semoga setelah aksi ini, pemerintah segera turun tangan memperbaiki jalan,” tuturnya.
Aliansi mahasiswa, buruh, dan PMII menegaskan bahwa mereka akan terus mengawal persoalan ini. Jika dalam waktu dekat tidak ada langkah konkret dari pemerintah, mereka berencana untuk menggelar aksi lanjutan dengan skala yang lebih besar, termasuk audiensi dengan dinas terkait dan aksi demonstrasi damai.
“Ini bukan aksi terakhir kami. Jika pemerintah masih lamban dalam bertindak, kami akan kembali turun ke jalan dengan lebih banyak massa dan menuntut pertanggungjawaban,” tegas Rizky.
Dengan adanya aksi ini, masyarakat berharap perhatian pemerintah terhadap kondisi jalan di Pantura Batang semakin meningkat, sehingga perbaikan dapat segera dilakukan demi keselamatan semua pengguna jalan.
Pewarta: Bagas Adiakso