Bawang – nubatang.or.id | Sebagai upaya mencetak kader penulis, Lembaga Pers dan Jurnalistik Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama’ (IPPNU) Kecamatan Bawang gelar pelatihan jurnalistik tahap empat (16/11)
Acara yang bertempat di Perpustakaan Sirojammuniron PR IPNU & IPPNU Desa Surjo Kecamatan Bawang Kabupaten Batang ini diikuti oleh puluhan kader penulis yang telah mengikuti pelatihan jurnalistik tahap sebelumnya.
“Peserta merupakan delegasi dari masing-masing Pimpinan Ranting (PR) dan Pimpinan Komisariat (PK) IPNU & IPPNU se- Kecamatan Bawang”, tutur Ketua PAC IPNU Bawang, Miftahul Adib
Rekan Miftakhul Adib berharap pelatihan tersebut bisa menjadi wadah bagi para kader-kader penulis khususnya di wilayah Kecamatan Bawang untuk terus mengembangkan dan mengoptimalkan media-media NU dengan cara memberitakan kegiatan NU khususnya di wilayah Kecamatan Bawang.
Miftahul Adib juga menyatakan bahwa PAC IPNU Bawang telah memiliki website yang sudah semestinya diramaikan dengan tulisan dari para rekan-rekanita di wilayah Kecamatan Bawang.
“Website ini merupakan warisan dari para senior IPNU & IPPNU di Kecamatan Bawang, yang wajib kita jaga dan rawat bersama”, ungkapnya.
Selain itu, ia juga menegaskan, bahwa kader IPNU dan IPPNUharus mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.
“Orang yang ingin mencari sebuah ilmu, ia harus berjuang untuk mencarinya. Demikian pula jika orang tersebut tidak menginginkan sebuah ilmu, lebih baik ia tinggal dan diam di rumahnya. Nikmati prosesnya, jika kalian ingin tahu seperti apa, ya ikuti terus perjalanannya. Sebuah ilmu itu layaknya sebuah minuman yang terisi penuh, jika terus diisi namun tidak diamalkan, nanti akan luber dan tidak bermanfaat”, tegasnya.
Selaku pemateri pada pelatihan kali ini, Rekan Abdul Muhyi dari PAC IPNU Bawang terlebih dahulu mengulas materi pelatihan jurnalistik sebelumnya. Ia mengajak para peserta untuk mengingat materi sebelumnya mengenai artikel, berita, dan sastra” katanya.
Sebagai upaya memotivasi para peserta, ia mengawali paparannya dengan motto: “Lebih baik jadi orang penting, namun lebih penting jadi orang baik.”
Setelah itu, ia menjelaskan perbedaan antara berita dan artikel, dilanjutkan dengan materi sastra. Menurutnya, seorang penulis haruslah mempunyai sikap tabayyun. Tabayyun di sini adalah mencari kejelasan atas sesuatu secara jelas dan benar dengan keadaannya.
“Ketika kita dikritik karena tulisan kita sendiri, kita harus tabayyun, mengecek dan memperbaiki tulisan kita”, jelasnya.
Di akhir acara, diceritakan juga sebuah kisah pewayangan Mahabharata yang diibaratkannya sebagai ilmu kepenulisan.
“Jika kamu bukan anak raja, bukan anak pejabat, sukalah menulis, agar dikenal banyak masyarakat”, kata Muhyi mengakhiri.
Pewarta : Solekha