Di sebuah desa yang asri di Batang, Jawa Tengah, lahirlah seorang tokoh yang kelak menjadi panutan dan cahaya bagi banyak orang. Pada tanggal 17 Agustus 1949, KH Nawawi Plumbon hadir ke dunia. Sejak kecil, KH Nawawi Plumbon tumbuh dalam keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman. Ayahnya, Kiai Syahri, dikenal sebagai sosok yang taat beribadah dan memiliki kepedulian tinggi terhadap pendidikan agama. Kehidupan sehari-hari KH Nawawi dipenuhi dengan ajaran moral dan spiritual, yang membentuk karakter serta ketekunannya dalam menimba ilmu agama.
Dalam asuhan keluarganya yang religius, Kiai Nawawi tumbuh dengan kedisiplinan dan kecintaan mendalam terhadap ilmu agama. Sang ayah, Kiai Syahri, bukan hanya mengajarkan nilai-nilai keislaman, tetapi juga menanamkan ketekunan dan keikhlasan dalam menuntut ilmu serta mengabdi kepada masyarakat. Kepribadian beliau yang santun, suka memuliakan tamu, serta sifat dermawannya sudah terlihat sejak usia muda. Selain itu, beliau juga memiliki kegemaran dalam olahraga, sebuah kebiasaan yang kelak menjadi bagian dari cara beliau merangkul generasi muda.
Meniti Jalan Keilmuan
Perjalanan pendidikan Kiai Nawawi dimulai pada tahun 1955 ketika beliau menginjakkan kaki di Sekolah Dasar. Enam tahun berlalu, dan pada tahun 1961, beliau melanjutkan pendidikannya ke TPI Al-Hidayah di Desa Plumbon, Kecamatan Limpung. Selama sepuluh tahun, beliau mengasah keilmuan agama, mendalami Al-Qur’an, hadis, dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Namun, dahaga ilmunya belum terpuaskan.
Pada tahun 1971, atas amanah sang ayah, Kiai Nawawi melanjutkan perjalanannya ke Cirebon. Di sana, ia menimba ilmu di Pondok Pesantren Buntet, salah satu pesantren tertua dan paling berpengaruh di Nusantara. Di pesantren ini, beliau semakin mendalami berbagai disiplin ilmu keislaman, memperkuat pemahaman fiqih, tasawuf, dan ilmu-ilmu lain yang kelak menjadi bekal bagi perjuangannya dalam membina umat.
Mendirikan Pondok Pesantren atas Dawuh Gurunya
Setelah merampungkan pendidikannya di berbagai pesantren, Kiai Nawawi kembali ke kampung halamannya. Namun, beliau tidak kembali hanya sebagai seorang santri yang telah selesai belajar, melainkan sebagai pribadi yang siap menyalurkan ilmunya. Atas dasar dawuh dari gurunya yaitu KH Syair Plumbon, dengan penuh keikhlasan, beliau mendirikan Pondok Pesantren Al-Hikmah yang terletak di RT 01 RW 01, Desa Plumbon, Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang.
Meski secara resmi pesantren ini berdiri pada tahun 1988, aktivitas keilmuan di sana telah dimulai sejak tahun 1985 dengan adanya santri yang mengikuti sistem ngaji kalong. Dari sinilah cikal bakal pesantren berkembang, menjadi pusat pendidikan agama yang terus berkontribusi bagi masyarakat hingga kini.
Pondok ini bukan sekadar tempat belajar agama, tetapi juga menjadi pusat pembinaan moral dan spiritual bagi masyarakat sekitar. Para santri datang dari berbagai penjuru untuk menimba ilmu dari beliau. Dalam kesehariannya, Kiai Nawawi tidak hanya mengajarkan kitab-kitab kuning, tetapi juga membimbing santri dalam membangun karakter yang kuat dan berakhlak mulia.
Kecintaan Kiai Nawawi kepada masyarakat tidak terbatas di lingkungan pesantren. Beliau aktif berinteraksi dengan warga di kampung-kampung, mengisi pengajian, memimpin tahlil, serta mengajak umat untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui istighosah. Kehadirannya selalu dinanti, karena bukan hanya ilmunya yang bermanfaat, tetapi juga kelembutan dan ketulusan hatinya yang mampu menyentuh siapa saja yang berjumpa dengannya.
Kiprah di Nahdlatul Ulama dan Masyarakat
Sebagai seorang tokoh, Kiai Nawawi juga memiliki peran yang sangat aktif dalam organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Beliau pernah menjadi pengurus aktif sebagai Ketua Tanfidziyah Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan Limpung, di mana beliau turut serta dalam berbagai kegiatan untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah di tingkat lokal.
Namun, kepeduliannya tidak hanya terfokus pada dakwah dan pendidikan agama. Kiai Nawawi memahami bahwa pemuda adalah harapan bangsa dan harus dibimbing dengan cara yang tepat. Oleh karena itu, beliau membangun pendekatan unik dalam dakwahnya dengan merangkul generasi muda melalui olahraga, terutama sepak bola. Dengan olahraga, beliau tidak hanya menciptakan kebersamaan di antara para pemuda, tetapi juga menanamkan nilai-nilai disiplin, kerja sama, dan sportivitas yang sangat penting dalam kehidupan mereka.
KH Nawawi Plumbon menjadi sosok yang menginspirasi banyak orang. Beliau tidak hanya meninggalkan jejak dalam bentuk ilmu yang diwariskan kepada para santri, tetapi juga dalam bentuk nilai-nilai kehidupan yang tetap dikenang oleh masyarakat. Kesederhanaan, kebijaksanaan, dan keikhlasannya dalam berjuang menjadikan beliau sosok yang dicintai dan dihormati oleh banyak orang.
Hingga kini, namanya tetap hidup dalam doa dan kenangan mereka yang pernah belajar darinya atau sekadar bertemu dengannya. Kiai Nawawi Plumbon adalah bukti bahwa seorang guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pelita yang menerangi jalan bagi banyak orang dalam meniti kehidupan yang lebih bermakna.
Sumber: diolah dari keterangan zuriatnya