Oleh : Jabir Alfaruqi
Bagi Nahdlatul Ulama setidaknya ada tiga sumber pencetak sumber daya manusia (SDM), atau tiga pilar penghasil SDM NU yang mulai mendapat perhatian. Yakni Lembaga Pesantren, Lembaga Pendidikan Ma’arif dan Lembaga Masjid.
Untuk Pesantren dan Ma’arif dalam segala levelnya sudah dikelola secara serius, berkelanjutan dan inovatif. Untuk yang ketiga yakni Lembaga Masjid hingga saat ini masih sekedar diperhatikan belum dikelola secara serius.
Masih sebatas mendata, meregistrasi dan melebeli musala atau masjid dengan lebel NU. Itu sebagai pertanda bahwa masjid bersangkutan dibawah naungan NU. Lebih dari itu masih belum banyak digagas.
Bila dikaji secara seksama, setelah pesantren dan Ma’arif, masjid memiliki fungsi dan peran strategis dalam mendidik dan menyebarkan paham ahlussunah wal Jama’ah. Di masjid yang semakin lama semakin mendapat tempat di hati masyarakat itu menjadi tempat pendidikan di luar pesantren dan Ma’arif. Daya dukung masjid yang semakin baik karena adanya infak dan sedekah rutin para jamaahnya semakin memantapkan kemandiriannya. Di sinilah kelompok kelompok yang belum memiliki majelis taklim, belum punya akar kuat, lembaga pendidikan yang cukup berikhtiar merebut dan menguasai masjid. Karena setidaknya masjid itu punya jamaah dan sumber dana. Tinggal numpang dan sedikit memperbaiki managemen, sudah jalan.
Masjid selama ini masih bersifat seadanya dan belum menjadi media yang efektif untuk mengembangkan paham ahlussunah wal jama’ah ala nahdliyah karena selama ini belum disentuh, dikelola, dan managemen dengan baik. Banyak pengajian diadakan tetapi belum ada standar dan kurikulum yang dibikin bersama untuk mengukur dan meningkatkan kualitas jama’ah. Banyak materi yang terus menerus diulang ulang baik oleh para khotib, para penceramah Ramadan, peringatan hari hari besar Islam dan lainnya. Masjid yang maju, pengajiannya berkualitas, sumber dayanya melimpah, sumber dananya lebih dari cukup tidak bisa ditiru yang lain karena pengelolaan masjid masih bersifat sendiri sendiri. Belum ada saling belajar dan saling mengajar diantara para takmir masjid.
Alangkah indahnya bila NU bersama lembaga takmir masjid dan lembaga terkait seperti lembaga dakwah NU terus menerus meningkatkan kualitas pengajian pengajian, buku-buku bacaan, managemen ketakmiran, dan lain-lain. Ini akan menjadi salah satu sumber dari banyak sumber penghasil SDM NU. Hal ini sebenarnya tidak terlalu sulit karena kebanyakan masjid-masjid yang ada, dikelola orang-orang NU bahkan ustad-ustad, imam, khotib-khotibnya banyak lulusan pondok pesantren. Lalu mengapa tidak segera dibenahi. Ini sekedar renungan yang barangkali ada manfaatnya, aamiin.